Anak muda jaman sekarang memang kreatif. Kenapa saya mengatakan begitu? Karena pada dasarnya fenomena yang kita lihat jaman sekarang ini menunjukkan mereka sangat kreatif. Modernisasi menyebabkan banyak mencuatnya kekereatifan mereka. Cara berpakaian yang unik, pergaulan yang unik dan ditambah lagi Bahasa yang unik yaitu bahasa alay. Yang jadi pertanyaan Bahasa alay ini mengusik Bahasa Indonesia atau tidak?
Image - antisimple.com
Fenomena alay, ada yang bilang kalau alay itu singkatan dari
“anak layangan” atau “anak kelayapan”. Bahasa alay menurut saya adalah bahasa
yang sangat ketus baik itu lisan maupun tulisan. Beberapa anak muda
menggunakannya di dalam pergaulan sehari-hari dalam berbicara ataupun
mempergunakan huruf-huruf yang mereka kira jauh lebih keren. Mereka seperti
mengesampingkan kaidah-kaidah dari bahasa Indonesia. Yang ditakutkan,
kalau-kalau suatu saat anak muda linglung saat membedakan mana bahasa alay dan
mana Bahasa Indonesia.
Bahasa gaul ini juga sangat rentan bila yang menggunakannya
pada dasarnya orang yang tidak memiliki etika. Seperti salah satu kompasianer
muda kita yang tak perlu saya sebutkan namanya. Dia tidak memandang siapa yang
sedang berkomentar (lawannya berbicara) apakah itu lebih muda atau lebih tua
dari dia. Namun dia akan tetap konsisten dengan menggunakan bahasa alay. Juga
dia menggunakan “Elo-Gue”-nya kepada semua kompasianer lain.
Kemarin siang saya heran melihat teman kampus saya yang
mengirimkan thread di group FB kampus kami. Saya pikir hanya anak SMA
ke bawah yang menggunakan penulisan alay begitu. Ternyata orang yang katanya
calon intelek juga memakainya. Ini screenshootnya.
Pertama,
lihatlah nama facebooknya yang nama depannya sengaja saya hapus.Cieboddyslim
Setiapwaktu, dari nama saja sudah kelihatan bahwa si pengirim adalah alay. Yang
dia tidak tahu bila diteruskan maka sedikit demi sedikit akan membunuh bahasa
Indonesia. Kedua, isi pesannya yang seenaknya mengubah huruf (i),(g),(o)menjadi (1),(9),(0).
Berbeda dengan gambar di bawah ini yang menjelaskan tentang sistem penulisan
bahasa Indonesia.
screenshoot dari wiki
Mungkin bila sang pengguna bahasa alay menulis sebuah naskah
lalu mengirimnya ke penerbit maka penerbit tanpa tedeng aling-aling akan
memulangkan semua naskahnya untuk direvisi karena penggunaan huruf yang terlalu
salah.
Itu sedikit tentang bahasa alay. Lalu tahukah anda bahasa
apalagi yang sering kedengaran? Bahasa bencong. Bahasa ini juga hasil dari
kekreatifan penduduk negara Indonesia tercinta ini. Bahasa yang digunakan para
waria dalam pergaulan. Bencong sendiri berasal dari kata Banci. Dan mereka suka
sekali menambahkan -Ong di akhir tulisannya. Contohnya: Laki menjadi Lekong,
Kemana menjadi Kemenong dan banyak lagi.
Penyebaran bahasa gaul/bahasa alay/bahasa bencong atau
bahasa apapun yang berhubungan tentang bahasa pergaulan sangatlah cepat. Kenapa
saya mengatakan proses penyebaran bahasa-bahasa ini sangat cepat? Karena,
tontonan yang itu-itu saja dari hari ke hari selalu menggunakan bahasa
tersebut. Ini juga dikarenakan televisi Indonesia lebih dominan menampilkan
program-program TV yang berasal dari Jakarta dan sekitarnya. Publik figur yang
seharusnya menjadi contoh juga sering sekali menggunakannya. Bahkan Tifatul
Sembiring dulu juga pernah menggunakannya di salah satu tweet-nya.
Image - beritaterkini.asia
Jangan anda fikir bahwa screenshoot di atas adalah sebuah
kode rahasia. Hehehe… Tidak sama sekali, gambar di atas adalah curhatan Tifatul
Sembiring di twitter dan bahkan dulu itu sudah menjadi trending
topic. Kalau teladan seperti Bapak Tifatul Sembiring saja sudah ikut-ikutan
menggunakan bahasa alay. Bagaimana dengan yang lain? Orang Indonesia khan
cenderung meniru.
Bahasa gaul/bahasa alay/bahasa bencong adalah bahasa
pergaulan namun yang jadi pertanyaan. Bila bahasa-bahasa ini dijadikan konsep
diri???
Menurut Wikipedia, Konsep diri adalah penggolongan karakteristik
sifat pribadi, karakteristik sifat sosial dan peran sosial pandangan kita
kepada diri kita sendiri. Ditambah lagi bahwa konsep diri berkaitan erat
dengan pengetahuan yang kita miliki.
Jadi apabila bahasa-bahasa unik ini tidak hanya dilakukan untuk
pergaulan saja tetapi sudah mendarah daging. Maksud saya disini mendarah daging
adalah ingatan mereka pada bahasa alay lebih dominan dibandingkan bahasa
Indonesia. Maka siap-siaplah bahasa Indonesia tergeserkan baik secara lisan
maupun tulisan. Saya jadi ingat dulu sewaktu SMP saya belajar Aksara Bahasa
Batak. Seperti kata-kata sandi yang jelas berbeda dengan bahasa Indonesia.
Dengan bahasa Alay ini apakah itu disebut sebagai pengantar
kita ke dunia modernisasi? Atau kembalinya kita ke jaman dahulu seperti
menggunakan aksara-aksara jadul. Apapun itu tetapi kita seharusnya lebih
mencintai bahasa ibu kita yaitu bahasa Indonesia yang menjadi pemersatu kita.
Masakkan kita membiarkan bahasa alay, bahasa yang ketus dan sepele baik dalam
tulisan maupun lisan menggerus bahasa Indonesia yang sudah lebih dulu menjadi
cerminan bangsa ini.
Cintailah bahasa Indonesia, setidaknya bahasa daerahnya.
Menggambarkan bahwa tidak lupa akan negara dan kampung kelahiran. Jangan
menggunakan bahasa yang belum diresmikan. Tetapi pada kesimpulannya, hal ini
semua tergantung pada pribadi masing-masing. Semoga ada jalan untuk lolos
dari fenomena ini suatu saat. Bahasa Alay: Untuk Pergaulan Atau Konsep Diri?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar